Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
- Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
- Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
- Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
- Interaksi lebih mudah.
- Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
-
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan
kelas.
- Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
-
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil.
- Siswa secara langsung dapat memecahkan
masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu
antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
- Memungkinkan
siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh
pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk
memikirkan materi yang diajarkan.
- Siswa akan terlatih menerapkan
konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk
mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
- Siswa lebih aktif
dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana
tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
- Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
- Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
-
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan
tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan
sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum
guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
- Memperbaiki
kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga
dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap
pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut
tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar
mereka.
- Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model
konvensional.
- Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang
ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
- Penerimaan terhadap
individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang
aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan
cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa
lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan
pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan
terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
- Hasil
belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang
diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar
siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
-
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama
yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat
bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar
berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif
jika pendapatnya tidak diterima.
Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
- Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
- Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
-
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan
yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
- Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
- Lebih sedikit ide yang muncul.
- Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
- Menggantungkan pada pasangan.
- Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
- Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
- Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
- Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
- Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
-
Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan
ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara
kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
- Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
- Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
-
Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar